Yogyakarta,
(Analisa). Selama ini, ubi kayu atau singkong (manihot utilissima) belum
dimanfaatkan secara optimal. Kebanyakan hanya diolah dengan direbus, digoreng,
maupun dibuat keripik. Bahkan di sejumlah daerah hanya dijadikan sebagai bahan
campuran pakan ternak. Oleh sejumlah mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM),
ubi disulap jadi sereal.
Lima mahasiswa
UGM, yakni Anisa Dian Safitri, Sigit Dwi Cahyono, dan Ahmad Syukron dari
Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) dan Cerah Bintara Nurman serta Ervaningsih
dari Fakultas Pertanian, mengolah ubi kayu menjadi tepung mocaf yang bisa
digunakan sebagai alternatif penggunaan gandum atau bahan pembuat kue dan
makanan lainnya.
“Adanya tepung
mocaf ini diharapkan bisa meminimalisir ketergantungan Indonesia terhadap impor
gandum,” kata Sigit Dwi Cahyono kepada wartawan di Kampus UGM di Bulaksumur,
Yogyakarta, Jumat (2/3).
Menurut Sigit,
tepung mocaf memiliki beberapa keunggulan di antaranya memiliki struktur serat
pendek yang bersifat mudah dicerna. Di samping itu, tepung mocaf aman untuk
dikonsumsi bagi penderita autis dan alzheimer karena tidak mengandung gluten.
“Tepung ini juga bersifat tidak banyak menyerap minyak goreng sehingga mampu
menghemat penggunan minyak goreng,” ungkap Sigit.
Dia memaparkan
pembuatan tepung mocaf tergolong mudah. Singkong dikupas, dicuci lalu dipotong
melintang dengan tebal sekitar 0,5 cm. Selanjutnya difermentasi menggunakan
bakteri strain L. Plantarum kedap udara selama kurang lebih tiga hari tiga
malam.
Setelah itu
dicuci, ditiriskan, dan dikeringkan dengan sinar matahari selama dua hari.
Terakhir, setelah kering lalu digiling hingga berbentuk tepung.
Dipaparkan
Sigit, dalam satu kali produksi biasanya menggunakan 15 kg ubi kayu. Dari pengolahan
1 kg ubi kayu akan diperoleh sebanyak 200 gram tepung mocaf. “Setelah diolah
menjadi tepung mocaf nilai jual ubi kayu jadi meningkat. Biasanya 1 kg ubi kayu
dijual di pasaran seharga Rp2.500/kg. Namun setelah diolah menjadi tepung mocaf
harganya bisa mencapai Rp6.500-8.000/kg,” katanya.
Menurut dia,
pengolahan ubi kayu menjadi tepung mocaf merupakan salah satu upaya untuk
mengembangkan diversifikasi pangan di Indonesia. Pengembangan tepung mocaf ini
juga menghantarkan kelimanya mendapatkan penghargaan dari Masyarakat Ilmuan dan
Teknologi Indonesia (MITI) dalam Hibah MITI Challange bersama dengan 19 tim
lainnya dari sejumlah daerah di Indonesia.
Saat ini Sigit
dan keempat rekannya, tak hanya berhenti mengolah ubi kayu menjadi tepung mocaf
saja. Mereka terus berinovasi memanfaatkan mocaf menjadi bahan dasar pembuatan
sereal bagi anak-anak balita. Sereal yang diberi nama Seremoni, ini dibuat
dengan menggunakan tepung mocaf ditambah dengan pencampuran tepung kacang
merah. “Untuk memenuhi kebutuhan protein dalam bahan, kami menambahkan campuran
tepung kacang merah dalam pembuatan sereal ini,” kata Anisa Dian Safitri yang
turut mendampingi Sigit.
Anisa
menyebutkan pembuatan sereal dilakukan dengan mencampur tepung mocaf 60 persen,
tepung kacang merah 20 persen, susu skim empat persen serta garam dua persen.
Selanjutnya ke dalam adonan ditambah telur 10 persen dan margarin empat persen.
Setelah semua
adonan tercampur kemudian dilakukan pemipihan hingga tebal 2-3 mm, yang
selanjutnya dibentuk menjadi sereal bentuk persegi ukuran 1x1cm, terakhir di
oven kurang lebih selama tujuh menit.
Saat ini sereal
mocaf ini memang belum dipasarkan. Namun ke depan akan dikembangkan ke arah
bisnis. Para mahasiswa masih fokus untuk pelatihan pembuatan mocaf dan sereal mocaf
bagi pada ibu-ibu di Desa Kulur, Kecamatan Temon, Kulon Progo. (dtc)