Profesor Schultz dan rekannya, Dr Hazim, dari Universitas Hanover, Jerman, juga memperkuat metode penyembelihan lebih aman dibanding metode pemukulan, melalui eksperimen.
Dua peneliti itu menggunakan alat electroencephalograph (EEG) dan elektrokardiogram (EKG) untuk menguji dua metode penjagalan hewan. caranya dengan menanamkan beberapa elektroda di berbagai tengkorak hewan bahkan sampai ke permukaan otak.
Sepanjang uji coba dua alat itu merekam kondisi otak dan jantung pada dua metode itu. Hasilnya, untuk metode penyembelihan, tiga detik setelah disembelih, EEG tidak menunjukkan perubahan grafik dari saat sebelum disembelih. Ini menunjukkan hewan tidak merasakan sakit selama saat itu.
Lantas, tiga detik berikutnya, EEG mencatat hewan dalam kondisi tak sadarkan diri akibat darah yang terkuras.
Setelah enam detik, EEG mencatat level nol, penanda hewan tidak merasakan sakit apapun. Sementara EEG turun ke level nol, jantung hewan masih berdebar dan tubuh kejang-kejang bersamaan darah terkuras.
Karena darah terkuras, bakteri tak bisa berkembang dalam tubuh hewan. Maka menurut pengukuran ini, hewan dengan metode penyembelihan sangat sehat untuk dikonsumsi.
Bagaimana dengan pengukuran metode barat?
Dengan pemukulan, memang hewan jadi tak sadar. Namun pengukuran EEG menunjukkan hewan mengalami sakit parah, jantung hewan berhenti berdetak lebih awal dibandingkan hewan dengan metode penyembelihan. Kondisi ini mengakibatkan pengendapan darah dalam daging, konsekuensinya tidak sehat bagi konsumen.
sumber